Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Antara rindu dan jarak

Langit tahu bagaimana aku merindu, Ia menurunkan pilu dalam bentuk tetesan hujan yang mengerti rintihan hatiku. Jarak, ia jahat. Tak pernah memberi restu antara aku dan kamu untuk menciptakan temu. Aku merangkai semua harap sebisaku, menjadikan hal-hal tentangmu utuh di ruang waktuku. Mungkin tanpa sadar, akulah yang tak henti-hentinya memintamu untuk hadir, Walau harus kudapati kenyataan yang menyakitkan. Mungkin tanpa sadar akulah yang terus ingin berada di sampingmu, Meskipun pergimu telah jauh. Maaf, maaf aku belum bisa terlepas akan hadirmu. Aku masih terbayang bagaimana ragamu masih mendekapku utuh, dengan tatapan cinta yang selalu buatku luluh. Maaf, aku memang sudah seharusnya untuk menyadari bahwa kamu telah tiada. Kuterima kau yang pulang ke pangkuan-Nya, Terluka mengajariku bagaimana harus tetap baik-baik saja meskipun tak semudah itu. Sebab waktu tak menyembuhkan. Hanya bisa aku yang harus pulih sendiri. Untukmu kekasih Achmad Sabtun'nur

Aku dan kamu

Gambar
Aku adalah kalimat utama, dan kamu adalah kalimat-kalimat penjelas dalam setiap paragrafnya. Kamu adalah diksi dari puisi-puisi perihal hati. Kamu adalah subjek dari frasa yang berbunyi, "aku rindu". Kamu adalah majas yang melengkapi keindahan sajak-sajak tentang cinta. Kamu adalah lawan kata dari "berduka", karena kamu adalah sebab dari segala bahagia yang aku rasa. Buatku, kamu selalu menjadi teori-teori dalam pelajaran mencintai. Yang kadang sulit kupahami. Meski telah kupelajari berkali-kali. Kamu adalah fajar yang menyejukkan. Kamu adalah senja yang menjadikan angkasa jingga, begitu indah. Jika aku adalah semesta, maka kamu adalah semua yang ada didalamnya, pengisi dari jiwaku yang hampa. Dan jika saja kamu itu malam, aku akan tidur di siang hari, agar selalu terjaga saat bersamamu. Sayangnya, Aku dan kamu Dalam tulisan saja, sudah terpisahkan, oleh kata "dan". Lalu intinya, Kamu adalah ilusi yang aku anggap nyata. Samar-samar yang ...